Paket
Fasilitas
Galeri
Chat me

Memaknai Definisi Haji Mabrur

Memaknai Definisi Haji Mabrur – Setiap Muslim pasti memiliki cita-cita untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Seperti yang kita ketahui, ibadah haji hukumnya wajib bagi Muslim yang mampu.

Cita-cita berhaji bukan sekadar terdorong karena keinginan untuk melakukan ibadah di depan Ka’bah secara langsung. Lebih dari itu, setiap Muslim yang berangkat haji berharap bisa meraih haji mabrur.

Definisi Haji Mabrur

Memaknai Definisi Haji Mabrur – Rasulullah SAW menjelaskan, Allah SWT telah menjanjikan balasan nyata bagi mereka yang mendapat Mabrur, yakni surga yang abadi: “Umrah ke umrah berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya. Dan, tiada balasan bagi haji mabrur, melainkan surga” (HR Bukhari: 1683, Muslim: 1349). Dari riwayat tersebut, dapat dipahami ganjaran untuk haji mabrur adalah surga, tempat terbaik di Akhirat.

Mabrur berasal dari bahasa Arab, yaitu “barra-yaburru-barran”, yang artinya taat berbakti. Dalam kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Mabrur berarti ibadah haji yang diterima pahalanya oleh Allah SWT.

Para alim ulama memiliki beberapa pendapat tentang makna mabrur. Beberapa ulama menilai Haji Mabrur adalah pahala yang diterima di sisi Allah. Imam Nawari dalam syarah Muslim menjelaskan, haji mabrur tidak tercampuri oleh kemaksiatan atau dosa karena imbalannya adalah surga Allah. Imam Nawari juga menjelaskan bahwa haji mabrur juga diartikan sebagai haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah dan tidak ada kesombongan di dalamnya. Selain itu, haji mabrur dapat merujuk kepada kondisi tanpa dosa yang diambil dari akar kata al-birr, yang berarti kebaikan atau ketaatan.

Namun, ketika seseorang masih berada di dunia, ada tanda-tanda bahwa hajinya mabrur atau tidak. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?” Nabi Muhammad menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian” (H.R. Ahmad) Sementara itu, dalam riwayat lain, disebutkan, Rasulullah ditanyai tentang ciri-ciri haji mabrur. Ia kemudian berkata, “Memberikan makanan dan santun dalam berkata.” Dalam kesempatan berbeda, Nabi Muhammad juga bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan haji sedangkan ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali dalam keadaan [seperti] saat dilahirkan ibunya” (H.R. Muslim). Rafats dapat dipahami sebagai tindakan keji atau tidak senonoh, termasuk bersetubuh atau bercumbu sedangkan fusuq adalah perbuatan maksiat, yang dapat menodai akidah dan keimanan seseorang kepada Allah.

Melihat riwayat-riwayat di atas, dapat disimpulkan beberapa ciri utama haji mabrur adalah. Memberikan kedamaian untuk orang-orang di sekelilingnya. Santun dalam berbicara Memiliki kepedulian sosial, yang ditandai dengan salah satunya, memberikan makanan kepada yang membutuhkan. Menghindari hal-hal yang tidak senonoh dan maksiat atau dalam kata lain, membersihkan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Secara umum, ciri haji mabrur adalah jika seseorang, sepulang dari ibadah haji, mampu lebih baik dalam segala hal, baik dalam hubungan dengan makhluk maupun dengan Allah. Hasan al-Bashri menyebut, seorang haji mabrur akan terlihat dari sikap zuhudnya terhadap dunia, terlepas ada atau tidaknya hal-hal duniawi yang melekatinya, dan terlihat pula kecintaannya terhadap Akhirat. Ia menambahkan, “Tanda (mabrurnya) adalah meninggalkan perbuatan buruk yang dilakukan sebelum berhaji.” Adapun bacaan doa menjadi haji mabrur adalah seperti di bawah ini. اللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا Artinya, “Semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur, usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni.”

Haji mabrur adalah haji yang maqbul atau diterima dan diberi balasan berupa al-birr yang berarti kebaikan atau pahala. Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, salah satu bukti bahwa seseorang telah berhasil meraih haji mabrur adalah ketika ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan terus berusaha mengurangi perbuatan maksiat.

Bagaimana supaya kita bisa meraih haji mabrur? Pertama, luruskan niat beribadah. Tunaikan ibadah haji sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah agama dan memenuhi Rukun Islam kelima. Dengan meluruskan niat, kamu dapat menjaga kemurnian tujuan berhaji. Jauhkan pikiran dari hasrat untuk menaikkan status sosial atau sekadar pamer kesalehan.

Kedua, memahami filosofi di balik rukun haji dan wajib haji. Selain itu, kuasai bacaan-bacaan doa dalam tahapan-tahapan ibadah haji. Ini bisa membantu kamu lebih khusyu’ ketika beribadah kelak di Tanah Suci.

Ketiga, fokus pada hal yang substantif selama berhaji. Selama di Tanah Suci, fokuskan pikiran dan energi untuk melakukan rukun haji dan wajib haji secara khusyu’. Ada 6 rukun haji yaitu ihram (niat), wukuf di Arafah, thawaf ifadah, sa’i, bercukur (tahalul) dan tertib. Apabila tidak melaksanakan salah satunya, maka ibadah haji tak sah.

Selain itu ada juga 6 wajib haji yaitu ihram haji dari mīqāt, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melontar jumrah, menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram, dan thawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan Makkah. Di Tanah Suci kamu mungkin akan banyak menemui cobaan. Berusahalah untuk selalu tenang dan berkepala dingin agar bisa fokus pada yang hal utama, yaitu rukun dan wajib haji.

 

Agen Travel Umroh Surabaya terpercaya dengan pembimbing terbaik, menjadikan perjalanan ibadah Anda lebih bermakna.

Nomor Izin U.491 Tahun 2021

Email
admin@nhumroh.com

Follow Kami :

Lokasi

Head Office :
Perum IKIP Gunung Anyar B48, Surabaya

Copyright © 2024 PT Nur Hamdalah Prima Wisata