Paket
Fasilitas
Galeri
Chat me
Tips Menabung untuk Umroh

Tips Menabung untuk Umroh

Tips Menabung untuk Umroh – Pergi ke tanah suci tentunya jadi impian semua muslim di dunia terlepas dari latar belakangnya apa. Oleh sebab itu, banyak orang yang rela mengumpulkan uangnya untuk pergi beribadah ke sana. Nah, biar usaha menabungmu dalam pergi ke tanah suci tak berat-berat amat maka perlu langkah jitu menyiasatinya. Jangan sampai uang yang sudah dikumpulkan sejak lama, ternyata dipakai untuk kepentingan lain yang akhirnya malah bikin kita gagal ke Mekkah-Madinah. Berikut beberapa tips menabung untuk umroh :

  • Menyisihkan 20% Pendapatan

Bila ingin cepat menunaikan ibadah umroh, tentu Anda perlu berkorban lebih besar. Seperti dengan menyisihkan sebesar 20% dari pendapatan tetap khusus untuk umroh. Semisal Anda mendapatkan gaji Rp10.000.000 per bulan, maka Rp2.000.000 dialokasikan untuk ditabung umroh. Jika Anda melakukan hal ini secara rutin, maka Anda bisa dengan segera pergi umroh dalam 3 tahun. Namun bila 20% terlalu berat, Anda bisa mengaturnya sendiri sesuai kemampuan finansial. Yang jelas kebutuhan sehari-hari Anda harus diprioritaskan terlebih dahulu supaya Anda tidak merasa tertekan saat menabung untuk umroh.

 

  • Memiliki Rekening Khusus Biaya Umroh dan Haji

Menabung di rekening sendiri mungkin lebih bebas dan fleksibel. Namun bila Anda ingin lebih teratur dalam menabung untuk umroh, sebaiknya Anda membuka rekening yang khusus untuk biaya umroh dan haji. Umumnya bank yang menyediakan jenis rekening ini adalah bank syariah.

Dengan menggunakan jenis rekening tabungan khusus ini, Anda dapat menentukan jumlah dana yang ingin dicapai, kemudian besaran dana yang harus dibayarkan per bulannya, serta jangka waktu target tercapai. Sehingga Anda dapat terhindar dari kebiasaan lupa dan malas menabung.

 

Baca Juga : Tips Mengelola Keuangan untuk Haji

 

  • Pembiayaan Umroh

Ada cara lain yang bisa Anda pilih jika tidak ingin menunggu lama untuk pergi umroh. Yaitu dengan menggunakan pembiayaan umroh. Jenis pembiayaan ini memungkinkan Anda untuk pergi umroh terlebih dahulu sebelum melunasi biaya yang dibutuhkan. Dalam kata lain, pembiayaan ini juga disebut dengan kredit tanpa agunan umroh.

Atau bisa juga menabung di perusahaan travel khusus umroh juga dapat menjadi solusi. Untuk mendaftar sebagai calon jamaah, Anda perlu memberikan sejumlah DP atau uang muka. Setelahnya barulah Anda menabung untuk mengumpulkan sejumlah biaya sesuai paket yang dipilih. Cara ini dapat membantu Anda untuk lebih fokus dalam menabung. Namun perlu diingat untuk selektif dalam memilih perusahaan travel umroh yang akan Anda percayakan sebagai agen. Caranya dengan mencari tahu track record dari perusahaan atau agen tersebut secara detail. Selain itu cari tahu pula legalitas perusahaan serta kasus yang mungkin terkait dengan fasilitas menabung umroh di perusahaan tersebut.

 

  • Menghemat Pengeluaran

Jika ingin melakukan transaksi atau mengeluarkan uang untuk hal-hal yang dirasa tidak begitu perlu, kamu bisa mengalokasikan uang tersebut untuk biaya umroh yang memang membutuhkan banyak dana. Kurangi pengeluaran untuk hiburan atau keperluan yang tidak mendesak. Sebagai contoh, kamu bisa mengurangi frekuensi jajan kopi setiap hari dan mulai membuat sendiri di rumah atau kantor. Dengan mengurangi kebiasaan jajan yang tidak begitu mendesak, kamu bisa mengalokasikan dana yang biasanya digunakan untuk hal-hal tersebut ke pos tabungan biaya umroh.

 

Fokus pada menabung umroh, namanya niat tak akan sampai pada tujuan tanpa dibarengi dengan usaha. Nah, langkah awal dari niat kamu dalam pergi ke tanah suci adalah dengan fokus untuk menabung. Ya, sisihkan pendapatanmu untuk ibadah yang satu ini. Kalau perlu kamu bisa bikin rekening sendiri khusus tabungan ibadah umroh. Dengan adanya tabungan khusus ini, uangmu tidak akan terpakai untuk kebutuhan lainnya. Tak perlu banyak asal rutin, sehingga kelak tabunganmu cukup buat pergi ke tanah suci.

Semua orang sejatinya bisa saja untuk pergi ke tanah suci kalau punya manajemen keuangan yang baik. Apalagi kalau dimulai sejak dini, menabung sedikit demi sedikit lama-lama akan jadi bukit. Oleh sebab itu jangan pernah berkecil hati untuk ke tanah suci. 

 

Kisah Nabi Ismail dan Ibunya

Kisah Nabi Ismail dan Ibunya

Kisah Nabi Ismail dan Ibunya – Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ingin sekali memiliki keturunan yang saleh yang beribadah kepada Allah Ta’ala dan membantu urusannya, istrinya yang bernama Sarah pun mengetahui apa yang diharapkan suaminya sedangkan dirinya mandul, maka Sarah memberikan budaknya yang bernama Hajar kepada Ibrahim agar suaminya memiliki anak darinya.

Selanjutnya, Hajar pun hamil dan melahirkan Nabi Ismail yang akan menjadi seorang nabi. Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah Ta’ala memerintahkan Ibrahim pergi membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, maka Nabi Ibrahim memenuhi perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Makkah di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan Kabah.

Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut dan ingin kembali ke Syam. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim pulang, maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”

Pelajaran :

Ini tanda jadi seorang istri itu patuh pada suami.

  1. Istri yang salehah, taat pada suami selama perintah itu tidak melanggar perintah Allah.
  2. Istri tidak membangkang kepada keputusan suami apalagi dalam hal yang diperintahkan oleh Allah.
  3. Istri yang baik adalah yang punya sifat tawakkal dan berserah diri kepada Allah. Siapa yang tawakkal kepada Allah tak mungkin disia-siakan.

 

Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika sampai pada sebuah bukit dan mereka tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah Kabah lalu berdoa untuk mereka dengan mengangkat kedua belah tangannya, dalam doanya ia berkata,

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

 

Pelajaran :

Inilah yang jadi tuntunan ketika berdoa, umat muslim diajarkan menghadap kiblat. Dan anjuran ini disepakati oleh para ulama sebagaimana kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,

“Kaum muslimin sepakat bahwa kiblat yang disyariatkan seseorang berdoa yaitu arah yang ia hadap ketika berdoa adalah kiblat yang disyariatkan ketika seseorang itu melakukan shalat.” (Naqdh At-Ta’sis, 2:452)

Kemudian Hajar mulai menyusui Ismail dan minum dari air persediaan. Hingga ketika air yang ada pada geriba (wadah kulit) habis, ia menjadi haus, begitu juga anaknya. Lalu ia memandang kepada Ismail sang bayi yang sedang meronta-ronta, kemudian Hajar pergi meninggalkan Ismail dan tidak kuat melihat keadaannya.

Maka dia mendatangi bukit Shafa sebagai gunung yang paling dekat keberadaannya dengannya. Dia berdiri di sana lalu menghadap ke arah lembah dengan harapan dapat melihat orang di sana namun dia tidak melihat seorang pun. Maka dia turun dari bukit Shafa dan ketika sampai di lembah, dia menyingsingkan ujung pakaiannya lalu berusaha keras layaknya seorang manusia yang berjuang keras, hingga ketika dia dapat melewati lembah dan sampai di bukit Marwah lalu berdiri di sana sambil melihat-lihat apakah ada orang di sana namun dia tidak melihat ada seorang pun. Dia melakukan hal itu sebanyak tujuh kali (antara bukit Shafa dan Marwah).

 

Pelajaran :

Inilah yang jadi asal adanya syariat sa’i. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

“Dari sinilah orang-orang melakukan sa’i antara keduanya (Shafa dan Marwah).” (HR. Bukhari, no. 3364 dan 3365)

Dalam ayat disebutkan,

۞ إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اسْعَوْا إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْىَ

“Lakukanlah sa’i karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk melakukannya.” (HR. Ahmad 6: 421. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).

Saat dia berada di puncak Marwah, dia mendengar ada suara, lalu dia berkata dalam hatinya “diamlah” yang Hajar maksud adalah dirinya sendiri. Kemudian dia berusaha mendengarkannya maka dia dapat mendengar suara itu lagi, maka dia berkata, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud memberikan bantuan.” Ternyata suara itu adalah suara malaikat yang berada di dekat air Zam-zam, lantas malaikat tersebut mengais air dengan tumitnya–atau sayapnya–hingga air keluar memancar.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah merahmati Ummu Isma’il (ibunya Ismail), seandainya saja ia membiarkan zamzam, atau seandainya ia tidak menggayung, maka air zamzam akan mengalir terus.” (HR. Bukhari, no. 3364 dan 3365)

Akhirnya Hajar dapat minum air dan menyusui anaknya kembali. Kemudian malaikat berkata kepadanya,

“Janganlah kamu takut diterlantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”

 

Baca Juga : Nabi Muhammad Mengerjakan Umroh sebelum Haji

Hajar terus melalui hidup seperti itu hingga kemudian lewat serombongan orang dari suku Jurhum atau keluarga Jurhum yang datang dari jalur bukit Kadaa’ lalu singgah di bagian bawah Makkah kemudian mereka melihat ada seekor burung sedang terbang berputar-putar. Mereka berkata, “Burung ini pasti berputar karena mengelilingi air padahal kita mengetahui secara pasti bahwa di lembah ini tidak ada air.” Akhirnya mereka mengutus satu atau dua orang yang larinya cepat dan ternyata mereka menemukan ada air. Mereka kembali dan mengabarkan keberadaan air lalu mereka mendatangi air. Saat itu Hajar sedang berada di dekat air. Maka mereka berkata kepada Hajar, “Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di sini?” Ibu Ismail berkata, “Ya boleh, tapi kalian tidak berhak memiliki air.” Mereka berkata, “Baiklah.”

Ibu Ismail menjadi senang atas peristiwa ini karena ada orang-orang yang tinggal bersamanya. Akhirnya mereka pun tinggal di sana dan mengirim utusan kepada keluarga mereka untuk mengajak mereka tinggal bersama-sama di sana. Ketika itu, Nabi Ismail belajar bahasa Arab dari mereka (suku Jurhum), dan Hajar mendidik putranya dengan pendidikan yang baik serta menanamkan akhlak mulia sampai Ismail agak dewasa dan sudah mampu berusaha bersama ayahnya; Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.

Selanjutnya, Nabi Ibrahim berkunjung menemui Hajar dan anaknya untuk menghilangkan rasa kangennya kepadanya. Maka pada suatu hari, saat Nabi Ibrahim telah bersama anaknya, ia (Ibrahim) bermimpi bahwa dirinya menyembelih putranya, yaitu Ismail ‘alaihissalam. Setelah ia bangun dari tidurnya, Ibrahim pun mengetahui bahwa mimpinya itu adalah perintah dari Allah Ta’ala karena mimpi para nabi adalah hak (benar), maka Nabi Ibrahim mendatangi anaknya dan berbicara berdua bersamanya. Ibrahim berkata,

“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102)

Nabi Ibrahim membawa anaknya ke Mina, lalu ia taruh kain di atas muka anaknya agar ia (Ibrahim) tidak melihat muka anaknya yang dapat membuatnya terharu, sedangkan Nabi Ismail telah siap menerima keputusan Allah. Ketika Nabi Ibrahim telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya dan keduanya telah menampakkan rasa pasrahnya kepada Allah Ta’ala, maka Ibrahim mendengar seruan Allah Ta’ala,

“Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash Shaafffat: 104-106)

Tidak lama setelah ada seruan itu, Nabi Ibrahim melihat malaikat Jibril dengan membawa kambing yang besar. Maka Nabi Ibrahim mengambilnya dan menyembelihnya sebagai ganti dari Ismail. Dari sinilah asal permulaan sunah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.

 

Pelajaran penting dari kisah ini :

  • Rasa yakin dan pasrah kepada Allah akan mengangkat berbagai masalah.

“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

  • Orang tua dianjurkan menghadapi anak tidak dengan kemarahan dan emosi, mesti dengan kesabaran.
  • Anak-anak yang sukses bukanlah dibesarkan oleh orang tua yang hebat ataupun cerdas melainkan oleh orang tua―terutama ibu―yang penuh cinta dan tulus dalam mendidik anak-anaknya. Lihatlah sebagian besar orang sukses terlahir dari keluarga yatim. Ini mungkin karena anak-anak tumbuh dalam suasana penuh cinta dan tidak pernah melihat kedua orang tua mereka bertengkar.

 

 

 

 

 

Keutamaan Sholat Dhuha

Keutamaan Sholat Dhuha

Keutamaan Sholat Dhuha – Banyak yang belum memahami keutamaan sholat dhuha ini. Ternyata sholat Dhuha bisa senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian. Sholat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi shalat tersebut bisa menyamai pahala haji dan umrah yang sempurna. Juga sholat Dhuha termasuk sholat orang-orang yang kembali taat.

Di antara keutamaan sholat Dhuha adalah:

Pertama: Mengganti sedekah dengan seluruh persendian

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no.  720).

Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan sholat Dhuha sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Abu Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi)

 

Kedua: Akan dicukupi urusan di akhir siang

Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa sholat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa sholat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)

At Thibiy berkata, “Yaitu  engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau sholat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).

Baca Juga : Tips Mengelola Keuangan untuk Haji

Ketiga: Mendapat pahala haji dan umrah yang sempurna

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan sholat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan sholat setelah matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang untuk sholat. Sholat ini disebut pula shalat Isyroq. Sholat tersebut adalah waktu sholat di awal waktu.”

 

Keempat: Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Awwab adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).

 

Nah, itulah penjelasan singkat tentang keutamaan sholat dhuha. Semoga kita termasuk hamba Allah yang istiqomah melaksanakan ibadah sunnah seperti sholat dhuha ini.

 

Tata Cara Pelaksanaan Umroh

Tata Cara Pelaksanaan Umroh

Tata Cara Pelaksanaan Umroh – Ibadah umrah adalah kegiatan berkunjung ke Baitullah untuk melaksanakan berbagai amalan sesuai dengan tata cara umrah di tanah harom dengan semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Dalam bahasa Arab, umrah artinya berkunjung. Sedangkan secara istilah, umrah adalah berkunjung atau ziarah ke Ka’bah, tawaf, sa’i, dan memotong rambut (bagi pria) atau tahalul sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Berbeda dengan ibadah haji, umrah dapat dikerjakan setiap waktu dalam setahun, sesuai dengan kesanggupan masing-masing orang. 

 

Tata cara Pelaksanaan Umroh :

  1. Jika seseorang akan melaksanakan umrah, dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebelum berihram dengan mandi sebagaimana seorang yang mandi junub, memakai wangi-wangian yang terbaik jika ada dan memakai pakaian ihram.
  2. Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihram yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Adapun bagi wanita, ia memakai pakaian yang telah disyari’atkan yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun tidak dibenarkan memakai cadar/ niqab (penutup wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan.
  3. Berihram dari miqat untuk dengan mengucapkan:

 

لَبَّيْكَ عُمْرَةً

“labbaik ‘umroh” (aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah).

  1. Jika khawatir tidak dapat menyelesaikan umroh karena sakit atau adanya penghalang lain, maka dibolehkan mengucapkan persyaratan setelah mengucapkan kalimat di atas dengan mengatakan,

 

اللَّهُمَّ مَحِلِّي حَيْثُ حَبَسْتَنِي

“Allahumma mahilli haitsu habastani” (Ya Allah, tempat tahallul di mana saja Engkau menahanku).

Dengan mengucapkan persyaratan ini—baik dalam umrah maupun ketika haji–, jika seseorang terhalang untuk menyempurnakan manasiknya, maka dia diperbolehkan bertahallalul dan tidak wajib membayar dam (menyembelih seekor kambing).

  1. Tidak ada alat khusus untuk berihram, namun jika bertepatan dengan waktu shalat wajib, maka shalatlah lalu berihram setelah shalat.
  2. Setelah mengucapkan “talbiah umroh” (pada poin ketiga), dilanjutkan dengan membaca dan memperbanyak talbiah berikut ini, sambil mengeraskan suara bagi laki-laki dan lirih bagi perempuan hingga tiba di Makkah:

 

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَك لَبَّيْكَ ، إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَك وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَك

“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan ni’mata, laka wal mulk, laa syariika lak”. (Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,  aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu).

 

  1. Jika memungkinkan, seseorang dianjurkan untuk mandi sebelum masuk kota Makkah.
  2. Masuk Masjidil Haram dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca doa masuk masjid:

 

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.

“Allahummaf-tahlii abwaaba rohmatik” (Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu).

  1. Menuju ke Hajar Aswad, lalu menghadapnya sambil membaca “Allahu akbar” atau “Bismillah Allahu akbar” lalu mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya. Jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, maka cukup dengan mengusapnya, lalu mencium tangan yang mengusap hajar Aswad. Jika tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka cukup dengan memberi isyarat kepadanya dengan tangan, namun tidak mencium tangan yang memberi isyarat. Ini dilakukan pada setiap putaran thawaf.
  2. Kemudian, memulai thawaf umroh 7 putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula. Dan disunnahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran pertama dan berjalan biasa pada 4 putaran terakhir.
  3. Disunnahkan pula mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf. Namun tidak dianjurkan mencium rukun Yamani. Dan apabila tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka tidak perlu memberi isyarat dengan tangan.
  4. Ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca,

 

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Robbana aatina fid dunya hasanah, wa fil aakhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” (Ya Rabb kami, karuniakanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka). (QS. Al Baqarah: 201)

  1. Tidak ada dzikir atau bacaan tertentu pada waktu thawaf, selain yang disebutkan pada no. 12. Dan seseorang yang thawaf boleh membaca Al Qur’an atau do’a dan dzikir yang ia suka.
  2. Setelah thawaf, menutup kedua pundaknya, lalu menuju ke makam Ibrahim sambil membaca,

 

وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى

“Wattakhodzu mim maqoomi ibroohiima musholla” (Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat) (QS. Al Baqarah: 125).

 

  1. Shalat sunnah thawaf dua raka’at di belakang Maqam Ibrahim, pada rakaat pertama setelah membaca surat Al Fatihah, membaca surat Al Kaafirun dan pada raka’at kedua setelah membaca Al Fatihah, membaca surat Al Ikhlas.
  2. Setelah shalat disunnahkan minum air zam-zam dan menyirami kepada dengannya.
  3. Kembali ke Hajar Aswad, bertakbir, lalu mengusap dan menciumnya jika hal itu memungkinkan atau mengusapnya atau memberi isyarat kepadanya.

 

Baca Juga : Waktu yang Tepat Untuk Melaksanakan Umroh

SA’I UMRAH

  1. Kemudian, menuju ke Bukit Shafa untuk melaksanakan sa’i umroh dan jika telah mendekati Shafa, membaca,

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ

“Innash shafaa wal marwata min sya’airillah”  (Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah) (QS. Al Baqarah: 158).

Lalu mengucapan,

نَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ

“Nabda-u bimaa bada-allah bih”.

 

  1. Menaiki bukit Shafa, lalu menghadap ke arah Ka’bah hingga melihatnya—jika hal itu memungkinkan—, kemudian membaca:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  (3x)

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. (3x)

Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian.”

  1. Bacaan ini diulang tiga kali dan berdoa di antara pengulangan-pengulangan itu dengan do’a apa saja yang dikehendaki.
  2. Lalu turun dari Shafa dan berjalan menuju ke Marwah.
  3. Disunnahkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh di antara dua tanda lampu hijau yang berada di Mas’a (tempat sa’i) bagi laki-laki, lalu berjalan biasa menuju Marwah dan menaikinya.
  4. Setibanya di Marwah, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan di Shafa, yaitu menghadap kiblat, bertakbir, membaca dzikir pada no. 19 dan berdo’a dengan do’a apa saja yang dikehendaki, perjalanan (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu putaran.
  5. Kemudian turunlah, lalu menuju ke Shafa dengan berjalan di tempat yang ditentukan untuk berjalan dan berlari bagi laki-laki di tempat yang ditentukan untuk berlari, lalu naik ke Shafa dan lakukan seperti semula, dengan demikian terhitung dua putaran.
  6. Lakukanlah hal ini sampai tujuh kali dengan berakhir di Marwah.
  7. Ketika sa’i, tidak ada dzikir-dzikir tertentu, maka boleh berdzikir, berdo’a, atau membaca bacaan-bacaan yang dikehendaki. Jika membaca do’a ini:

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ

“Allahummaghfirli warham wa antal a’azzul akrom” (Ya Rabbku, ampuni dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Pemurah), tidaklah mengapa  karena telah diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud dan ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya mereka membacanya ketika sa’i.

  1. Setelah sa’i, maka bertahallul dengan memendekkan seluruh rambut kepala atau mencukur gundul, dan yang mencukur gundul itulah yang lebih afdhal. Adapun bagi wanita, cukup dengan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari.
  2. Setelah memotong atau mencukur rambut, maka berakhirlah ibadah umrah dan Anda telah dibolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang tadinya dilarang ketika dalam keadaan ihram.

 

Demikianlah tata cara pelaksanaan umroh yang merupakan faedah dari Buku “Petunjuk Praktis Manasik Haji dan Umrah”, penulis Abu Abdillah, terbitan Darul Falah.

 

Keutamaan Umroh

Keutamaan Umroh

Keutamaan Umroh – Ibadah lain yang sering disandingkan dengan haji adalah ibadah umroh. Sebab, ada waktu-waktu selain bulan Dzulhijjah yang bisa digunakan untuk beribadah dengan khusyuk di rumah Allah. Selain diganjar pahala, umroh juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengingkatkan keimanan.

Umroh adalah ziarah ke Baitullah dengan thawaf atau mengelilingi ka’bah 7 kali, sa’i atau berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah, dan diakhiri dengan mencukur gundul ataupun memendekkan rambut di kepala.

Umroh juga sering disebut sebagai haji kecil. Tapi, haji yang sebenarnya memiliki syarat tertentu seperti pelaksaannya harus di waktu tertentu. Biaya umroh pun lebih sedikit bila dibandingkan haji, karena biasanya mulai dari 18 juta-an.

Karena termasuk dalam ibadah, salah satu manfaatnya juga ditemukan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Tribakti Jurnal Pemikiran Keislaman. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan melaksanakan umrah, telah berdampak positif pada perilaku seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.

Berkaitan dengan hukum Umroh, ada beberapa ula yang berbeda pendapat. Ada ulama yang mengatakan bahwa hukum umroh adalah sunnah. Ulama yang berpendapat sunnah seperti Imam abu Hanifah, Imam Malik, riwayat dari Ibnu Mas’ud, dan pendapat yang dipilih Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Ada juga yang hukumi wajib pada ibadah umroh. Pendapat ini dianggap paling kuat hukum ibadahnya karena berdasarkan dalil-dalil dalam Alquran dan hadis. Salah satu ayat yang menguatkan hukum adalah wajib ialah: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umroh karena Allah.” (QS Al-Baqarah: 196).

Baca Juga : Tempat Bersejarah yang Dapat Dikunjungi Saat Haji dan Umrah

Dalam ayat ini, umroh disandingkan dengan ibadah haji. Ini yang menjadi rujukan sahabat Umar, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit RA dan juga para imam seperti Imam Syafi’i, dan Imam Malik dalam menetapkan hukumnya. Selain itu, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berumroh hingga 4 kali semasa hidupnya.

Imam Ibnu Katsir menerangkan: “Diriwayatkan secara shahih bahwa Nabi melakukan umroh sebanyak empat kali, dan semuanya beliau kerjakan pada bulan Dzulqo’dah, yaitu Umroh Hudaibiyyah pada tahun ke 6 H, Umratul Qadha’ pada tahun ke 7 H, Umroh Ji’ranah pada tahun ke 8 H, dan umroh terakhir saat Haji Wada’ di tahun ke 10 H.”

 

Ada beberapa keutamaan umroh bagi orang-orang yang melaksanakannya, seperti:

  1. Menghapuskan Dosa. Keutamaan umroh yang utama ini disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam satu hadist. Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Antara umroh yang satu dan umroh lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
  2. Menghilangkan Kefakiran. Keutamaan kedua juga merupakan ibadah yang disebut Rasulullah SAW dapat menghilangkan kefakiran dan menghapuskan dosa-dosa. Dari Abdullah, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Ikutkanlah umroh kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR An Nasai, Tirmidzi, Ahmad).
  3. Disetarakan dengan Berjihad bagi Perempuan. Keutamaan yang ketiga ini khusus perempuan. Perjuangan jamaah perempuan saat umroh disetarakan oleh Rasulullah SAW dengan berjihad. Hal ini diungkapkan olehnya kepada Aisyah. “Aisyah berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah perempuan juga wajib berjihad?’. Rasulullah SAW menjawab: ‘Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan ‘umroh’.” (HR Ibnu Majah).

 

Thawaf Penutup Amalan Haji

Thawaf Penutup Amalan Haji

Thawaf  Penutup Amalan HajiJika Jama’ah Haji telah melempar jumrah padah hari keduabelas lalu keluar dari Mina (disebut nafer awwal), atau menambah hingga hari ketigabelas, berarti tinggal satu manasik lagi yang mesti ditunaikan yaitu thowaf wada’. Thawaf ini merupakan bagian dari wajib haji sebagaimana pendapat jumhur ulama (mayoritas).

Thawaf wada’ adalah sebagai penutup amalan haji, penghormatan terakhir pada Masjidil Haram. Jadinya thawaf ini adalah amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji sebelum ia meninggalkan Mekkah, tidak ada lagi amalan setelah itu.

Dari  Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ ، إِلاَّ أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ الْحَائِضِ

“Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di Baitullah (dengan thawaf wada’, pen) kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita haidh.” (HR. Bukhari no. 1755 dan Muslim no. 1328).

Adapun wanita haidh yang telah menjalani thawaf ifadhoh jika ia bisa menunggu sampai haidhnya suci, maka ia diperintahkan melakukan thawaf wada’. Jika tidak mampu menunggu karena harus meninggalkan Mekkah, thawaf wada’ gugur darinya.

Baca Juga : Kemuliaan Haji Dan Umrah

Thawaf wada’ ini wajib menjadi akhir amalan orang yang berhaji di Baitullah dan ia tidak boleh lagi tinggal lama setelah itu. Jika ia tinggal lama setelah itu, thawaf wada’nya wajib diulangi. Adapun jika diamnya sebentar seperti karena menunggu rombongan, membeli makanan atau ada kebutuhan lainnya, maka itu tidaklah masalah. Begitu pula jika ada yang belum menunaikan sa’i hajinya, maka ia boleh menjadikan sa’inya setelah thawaf wada’. Karena melakukan sa’i tidak memerlukan waktu yang lama.

Sedangkan bagi penduduk Mekkah tidak ada kewajiban thowaf wada’. Begitu pula tidak ada kewajiban thawaf wada’ bagi orang yang berumroh karena tidak ada dalil yang menjelaskannya sebagaimana pendapat jumhur ulama, yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah.

Boleh pula mengakhirkan thawaf Ifadhoh  dan digabungkan satu niat dengan thawaf Wada’. Demikian menurut pendapat yang shahih.

Bagi yang telah selesaikan menunaikan seluruh manasik, segeralah pulang dan kembali pada keluarganya, karena demikian mendapatkan pahala yang besar dan inilah yang biasa dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ

“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927).

 

Keistimewaan Keberkahan Ibadah Umroh

Keistimewaan Keberkahan Ibadah Umroh

Keistimewaan Keberkahan Ibadah Umroh – Sebagaimana yang telah disebutkan dalam rukun Islam, salah satu kewajiban umat muslim yakni menunaikan haji apabila mampu. Namun kita tahu, bahwa untuk menjalankan ibadah haji memerlukan waktu antrian yang cukup lama dikarenakan keterbatasan kuota. Salah satu alternatif pilihan bagi umat muslim yang ingin segera mengunjungi tanah suci tanpa harus menunggu terlalu lama antrean keberangkatan yaitu dengan Ibadah Umroh. Syarat dan rukun ibadah umroh pun tak banyak berbeda dari ibadah haji.

Keistimewaan Keberkahan Ibadah Umroh – Walaupun ibadah umroh tergolong ibadah sunnah, namun ibadah umroh juga memiliki banyak faedah atau keistimewaan yang tak kalah istimewanya dengan haji bagi yang mengerjakannya. Berikut keistimewaan Ibadah Umroh yang perlu Sobat ketahui :

  1. Jihad kaum wanita

Keistimewaan Keberkahan Ibadah Umroh – Umrah merupakan jihad bagi kaum wanita dan juga buat orang yang lemah. Salah satu ibadah yang pahalanya sangat besar disisi Allah SWT yaitu dengan jihad. Bahkan Allah menjanjikan surga bagi siapapun yang melakukan jihad fi sabilillah. Apabila seorang laki-laki berjihad dengan cara ikut berperang membela agama Islam di jalan Allah, lalu bagaimana dengan kaum wanita yang fisiknya cenderung lemah? Tak perlu khawatir. Karena untuk kaum wanita umumnya serta mereka yang lemah fisiknya masih bisa memperoleh fadillah pahala berjihad dengan cara melaksanakan ibadah Umrah yang tidak terkait oleh waktu tersebut.

  1. Doa yang dikabulkan

Doa jamaah umroh yang akan dikabulkan di tanah suci. Setiap orang yang menjalankan umroh ke tanah suci Mekkah, lalu ia berdoa dengan khusyu’, insyallah doanya akan diijabah atau dikabulkan oleh Allah SWT. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa ibadah umroh dan juga ibadah haji dikatakan istimewa karena tamu-tamu Allah SAW atau orang yang berkunjung dan datang ke Tanah Suci dengan niat beribadah kepada Allah SWT guna mengerjakan ibadah tersebut dan menjadi tamu dari Allah SWT. Para jamaah umroh dan juga haji merupakan tamu undangan dari Allah SWT sehingga apa yang tamu minta akan dikabulkan oleh-Nya. Hal ini merupakan hal yang paling sangat amat istimewa dari Ibadah umroh dan juga ibadah haji.

  1. Memperlancar rejeki dan keberkahan

Ibadah Umrah dapat memperlancar rejeki dan juga keberkahan. Apabila ibadah umroh dijalankan dengan khusyu’ dan ikhlas, maka ibadah tersebut bisa bernilai pahala dan menjadi ibadah yang mabrur. Dalam artian diterima oleh Allah SWT. Jika kita perhatikan tetangga atau sanak saudara kita yang pernah mengunjungi Baitullah atau Ka’bah untuk melaksanakan ibadah umroh maupun haji maka akan terlihat kehidupannya yang lama kelamaan akan menjadi semakin baik, rezekinya akan terus mengalir secara terus menerus dan kehidupan keluarganya akan menjadi lebih berkah, inilah salah satu fadillah ibadah tersebut. Seluruh biaya maupun pengorbanan yang telah dilakukan untuk berangkat mengunjungi Baitullah dan menjadi tamu Allah SWT akan digantikan oleh Allah SWT secara berlipat lipat ganda. Untuk itu, jangan pernah merasa takut akan biaya yang dikeluarkan untuk menjadi tamu Allah SWT di tanah suci sebab itu merupakan ibadah dan jika dilaksanakan secara ikhlas dan mengharapkan ridho dari Allah SWT insyallah berkah dan akan digantikan oleh Allah SWT seluruh biaya akomodasi yang telah dikeluarkan.

  1. Pahala shalat di Masjid Quba

Pahala satu kali umroh dengan shalat di Masjid Quba. Apabila jamaah umroh menyempatkan waktu untuk mengunjungi masjid Quba dan melaksanakan solat sebanyak 2 rakaat, maka baginya pahala setara dengan pahala umroh. Hal ini dijelaskan dalam salah satu hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif RA, ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

” Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia salat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala Umrah” . (HR. Tirmizi no. 298, Ibnu Majah no. 1401)

Dimana letak masjid Quba? Jika sobat belum mengetahui dimana letak Masjid Quba tersebut, Masjid Quba terletak di luar kota Madinah.  Dengan sekarang sobat mengetahui bahwa salat di Masjid Quba memiliki pahala yang besar, maka dari itu jangan lupa untuk beribadah di Masjid Quba,

  1. Pahala sholat beribu kali lipat

Memperoleh pahala sholat hingga 1000-100.000 ribu kali lipat. Jika sholat fardhu atau sunnah sendirian biasanya kita memperoleh pahala 1x lipat dan saat kita berjamaah mendapatkan 7x lipat. Berbeda dengan sholat di tanah suci saat beribadah umoh maupun haji, yaitu pahalanya dilipat gandakan. Pahala sholat di Masjid Nabawi bisa bernilai 1000x lipat.Sedangkan di Masjidil Haram 100.000x lipat.

Keberkahan lainnya juga dalam menunaikan ibadah umroh. Anda merasa terkendali dari berbagai perbuatan dosa. Kalau anda bisa melindungi diri dari perbuatan dosa dan durhaka kepada Allah meskipun hanya beberapa saat, itu namanya suatu keberkahan.

Dalam menunaikan ibadah haji dan umrah, Allah SWT berkenan memberikan keberkahan kepada anda dalam berbagai waktu. Sehingga pada waktu-waktu itu anda hanya melakukan pekerjaan yang baik-baik saja.

Padahal, pekerjaan yang baik-baik itu di Baitul Haram dilipatgandakan tanpa batas dan tanpa hilangan pahalanya, Dengan demikian berhaji dan berada di Baitul Haram memiliki keberkahan yang luas sekali, memanjang dari dunia hingga akhirat. Allah SWT menginginkan agar manusia mengikuti ajaran-Nya. Hampir tidak pernah manusia mendapat kesempatan baik mengikuti ajaran-Nya lebih daripada waktu menunaikan ibadah haji dan umrah

Belum mendengar panggilan adzan, mereka sudah pergi berlari-lari ke Masjidil Haram. Lalu duduk bertasbih, bertahmid, berdoa, shalat, thawaf dan membaca Alquran untuk menunggu waktu shalat tiba. Mereka merasa sayang meninggalkan waktu shalat berjamaah atau mengisi waktunya dengan sia-sia, apalagi bermaksiat kepada Allah SWT yang rasanya amat tidak mungkin.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya rumah yang mula pertama dibangun untuk manusia (beribadah) ialah (Baitullah) di Makkah, yang diberi berkah dan (jadi) petunjuk untuk semesta alam.” (QS. Ali Imran: 96).

Itu semua merupakan bukti Allah SWT Maha Pemurah terhadap hambanya yang bersungguh sungguh mencari ridho dan ampunannya. Bisa dibayangkan, betapa luar biasanya keutamaan haji dan umrah.

Waktu yang Tepat Untuk Melaksanakan Umroh

Waktu yang Tepat Untuk Melaksanakan Umroh

Waktu yang Tepat Untuk Melaksanakan Umroh – Ibadah umroh merupakan ibadah yang hampir serupa dengan ibadah haji. Sebab, umroh hanya bisa dilakukan di Tanah Suci Mekkah. Umroh juga memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan ibadah haji.

Salah satunya bisa dilakukan kapan saja selama mampu dan siap secara material maupun mental. Sementara untuk ibadah jai, waktunya tidak ditentukan dan hanya bisa dilakukan setahun sekali.

Oleh karena itu, ibadah haji sangat ramai peminat dan panjang masa tunggunya mencapai waktu 15 tahun. Tentu banyak yang memilih umroh, terutama bagi mereka yang sangat rindu berkunjung ke Tanah Suci.

Tapi dari semua waktu yang tersedia, hanya ada waktu dan momen yang dianggap tepat untuk melaksanakan ibadah umroh. Waktu yang tepat untuk ibadah umroh sendiri ditentukan oleh beberapa faktor seperti kondisi cuaca dan musim di tanah suci.

Sebelum memutuskan kapan berangkat ke tanah suci, ada baiknya menempatkan jadwal terbaik untuk melaksanakan ibadah suci tersebut. Buat kamu yang bingung, yuk simak waktu yang tepat untuk menjalankan ibadah umroh!

Waktu Umroh Terbaik

  1. Awal Tahun

Beberapa orang memilih berumroh pada awal tahun karena memiliki harapan terbaik dalam memulai pergantian tahun. Hal-hal positif dan berbagai macam pendekatan yang diawali di awal tahun terasa menjadi hal terbaik.

Selain itu, awal tahun memiliki kondisi terbaik di mana udara tanah suci tidak begitu panas. Tentu akan membuat proses ibadah lebih nyaman dan sedikit berbeda.

  1. Akhir Tahun

Tidak hanya awal tahun, pada akhir tahun Masehi juga menjadi waktu yang tepat untuk memulai ibadah umroh. Pada waktu ini banyak jemaah yang menggunakan waktu kosongnya untuk liburan di luar negeri.

Wajar jika di waktu ini banyak harga tiket melonjak. Maka, ada baiknya untuk membeli tiket jauh-jauh hari sebelum harganya melambung tinggi. Sementara itu, bagi yang hobi traveling juga dapat mencoba wisata religi dengan mengunjungi tempat di Arab Saudi sekaligus kegiatan umroh.

  1. Bulan Ramadan

Waktu terbaik umrah adalah di bulan Ramadan. Menikmati ibadah puasa di tanah kelahiran Rasullulah SAW akan memberikan Anda pengalaman tak terlupakan. Suasana Ramadan akan lebih menyenangkan bila Anda berada di Tanah Suci untuk sekaligus menunaikan ibadah umrah. Tak hanya suasana umrah yang berbeda yang akan Anda dapatkan, namun juga beberapa keistimewaan.

Salah satu keistimewaan menjalankan ibadah umrah di bulan Ramadan adalah pahalanya yang sama dengan pahala ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda, “Jika Ramadhan tiba, berumrohlah saat itu karena umroh Ramadhan senilai dengan haji.” (Hadits Riwayat

Bila tertarik berangkat umrah di Bulan Ramadan, ada baiknya Anda memesan travel dari jauh-jauh hari. Bulan Ramadan memang merupakan waktu terbaik umrah yang menjadi favorit banyak orang. Dengan memesan travel dari jauh-jauh hari, biaya akomodasi dan transportasi yang bisa meningkat berkali-kali lipat bisa diantisipasi.

  1. Menjelang Waktu Haji

Jelang waktu utama dari ibadah umat Islam, berhaji merupakan waktu yang jatuh sekitar bulan Syawal sampai ke bulan Dzulhijah. Pada bulan ini suasana tanah suci cukup sepi dan lengang sehingga banyak kesempatan untuk berdoa dan beribadah lebih khusyuk.

Tempat-tempat untuk melakukan mustajab seperti Hijr Ismail dan Makam Nabi Ibrahim juga bisa ditempati tanpa harus berdesak-desakan dengan banyak jamah lainnya.

  1. Sesudah Waktu Haji

Sesudah melewati bulan atau waktu berhaji, kota Makkah juga lebih tenang. Tidak banyak jemaah yang masih tinggal karena ibadah haji yang sudah selesai dan tempat yang sepi.

Di waktu ini juga Masjidil Haram lebih leluasa dijelajahi, dan kamu bebas berdoa di tempat dan waktu yang kamu inginkan.

Karena pengunjung dan jemaah yang sepi, kamu juga bisa leluasa mencium Hajar Aswad tanpa harus berdesak-desakan dengan banyak orang.

  1. Bulan Maret-Mei

Mengapa dengan bulan Maret sampai Mei? Sebelum itu, perlu diketahui bahwa Arab Saudi sendiri memiliki dua musim, yaitu musim panas dan dingin. Musim panas sendiri berlangsung pada bulan Maret-Agustus, sedangkan musim dingin terjadi pada bulan September-Februari.

Pada puncak musim panas, suhu di tanah suci Mekkah bisa mencapai 45 derajat, sedangkan pada musim dingin mampu menyentuh minus 3 derajat. Agar cuaca tidak terlalu panas atau dingin.

Untuk bulan Maret sampai Mei yang menginjak musim panas, banyak dari jemaah yang kurang meminati ibadah umroh karena teriknya panas matahari. Lakukan pada saat pagi atau sore, sehingga dengan khusyuk dapat menikmati ibadah umroh.

  1. Waktu Liburan Sekolah

Pada waktu liburan sekolah di Indonesia, banyak dari para jemaah yang merencanakan perjalanan bersama keluarga. Waktu liburan sekolah yang cukup panjang bisa menyesuaikan dengan kebutuhan anak untuk berjalan-jalan.

Wisata religi juga sebagai momentum untuk mengingatkan anak tentang pentingnya nilai, norma dan pengetahuan yang diajarkan oleh agama Islam.

  1. Waktu Liburan Panjang/Cuti

Bagi pribadi yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT, rasanya waktu yang tidak bisa ditentukan kadang malah menyulitkan. Pekerja tentu memiliki jadwal pekerjaan sendiri dan tidak salah mencoba ibadah umroh di sela-sela cuti.

Cuti juga memiliki jenjang waktu yang cukup lama dan dapat dimanfaatkan sembari mengikuti kegiatan umroh yang khusyuk. Pribadi baru dengan nuansa khidmat akan membantu fokus kamu dalam kegiatan sehari-hari setelahnya.

Keutamaan Meninggal Saat Umroh&Haji

Keutamaan Meninggal Saat Umroh&Haji

Keutamaan Meninggal Saat Umroh&Haji – Sebagian jamaah haji ada yang berdoa agar ketika menjalani ibadah haji nanti, ia meninggal di tanah suci. Sebagian lagi ada yang mengangap bahwa meninggal di tanah suci bisa mendapatkan keutamaan mati syahid. Apakah diperbolehkan berdoa agar wafat di tanah suci Mekkah dan Madinah?

Jawabannya: Terdapat ulama yang berpendapat hukumnya sunnah berdoa meninggal di tempat yang mulia dan tanah suci Mekkah dan Madinah termasuk tanah mulia.

Salah satu dalilnya adalah perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendapatkan keutamaan meninggal di Madinah yang merupakan tanah suci.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا

“Barangsiapa yang ingin mati di Madinah, maka matilah disana. Sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang yang mati disana”. [HR Ahmad & Tirmidzi]

Akan tetapi meninggal di sini bukanlah meninggal yang diusahakan sendiri misalnya sengaja membuat dirinya sakit di Madinah, sengaja kecelakaan di Madinah atau malah bunuh diri di tanah suci, akan tetapi kematian yang alami sesuai dengan takdir Allah. Hendaknya ia sabar hidup di kota Madinah dengan segala cobaannya.

At-Tibiy berkata,

أمر بالموت بها وليس ذلك من استطاعته ، بل هو إلى الله تعالى ، لكنه أمر بلزومها والإقامة بها بحيث لا يفارقها

“Perintah agar meninggal di madinah bukanlah dengan usahanya sendiri, tetapi kembali kepada Allah (sesuai dengan takdir Allah). Hendaknya ia tetap bertahan tinggal di Madinah dan berusaha tidak meninggalkannya.” [Tuhfatul Ahwadzi 10/286]

Hal ini selaras juga dengan penjelasan An-Nawawi, beliau berkata,

قال العلماء وفي هذه الأحاديث المذكورة في الباب مع ما سبق وما بعدها دلالات ظاهرة على فضل سكنى المدينة والصبر على شدائدها وضيق العيش فيها وأن هذا الفضل باق مستمر إلى يوم القيامة

“Para Ulama menjelaskan bahwa hadits yang disebutkan (tentang kota Madinah) pada bab sebelumnya menunjukkan dalil yang jelas tentang keutamaan tinggal di kota Madinah dan besabar atas ujian dan kesesuhan hidup di kota Madinah. Keutamaan ini berlaku terus-menerus sampai hari kiamat.”[Syarh Shahih Muslim 9/151]

An-Nawawi juga menjelaskan disunnahkannya berdoa agar diwafatkan di tanah suci. Beliau berkata,

يستحب طلب الموت في بلد شريف

“Disunnahkan meminta kematian di tanah yang mulia/suci.” [Al-Majmu’ 5/106]

Salah satu hikmah besar meninggal di tanah suci adalah banyak orang shalih yang akan mendoakannya dan berkahnya orang- orang shalih di tanah suci tersebut, baik yang sudah meninggal maupun masih hidup.

Al-Bahuti berkata,

” يستحب أيضا الدفن في ( ما كثر فيه الصالحون ) لتناله بركتهم ، ولذلك التمس عمر الدفن عند صاحبيه ، وسأل عائشة حتى أذنت له ” انتهى

“Disunnahkan agar dikuburkan pada tempat yang banyak orang shalihnya untuk mendapatkan keberkahan mereka. Oleh karena itu Umar bin Khattab meminta agar dikuburkan bersama dua sahabatnya, ia meminta kepada ‘Aisyah kemudian diizinkan.” [Kasyfu’ Qanna’ 2/142]

Keutamaan Meninggal Saat Umroh&Haji – Apakah akan mendapatkan keutamaan mati syahid? Untuk hal ini diperlukan dalil untuk menyatakan mereka yang meninggal di tanah suci (atau sedang melakukan ibadah haji) akan mati syahid. Dalam hal ini tidak ada dalil dan nash tegas yang menyatakan demikian. Dalil yang ada adalah mengenai keutamaan orang yang meninggal ketika sedang melakukan haji dan umrah, akan mendapatkan pahalanya sampai hari kiamat. Perhatikan hadits berikut:

من خرج حاجا فمات كتب له أجر الحاج إلى يوم القيامة ومن خرج معتمرا فمات كتب له أجر المعتمر إلى يوم القيامة ومن خرج غازيا فمات كتب له أجر الغازي إلى يوم القيامة

Barangsiapa keluar untuk berhaji lalu meninggal dunia, maka dituliskan untuknya pahala haji hingga hari kiamat. Barangsiapa keluar untuk umrah lalu meninggal dunia, maka ditulis untuknya pahala umrah hingga hari kiamat. Dan barangsiapa keluar untuk berjihad lalu mati maka ditulis untuknya pahala jihad hingga hari kiamat.” [HR Abu Ya’la. lihat Shahih At Targhib 1114]

Apabila jamaah haji meninggal di kota Madinah, ia akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perhatikan hadits berikut:

لَا يَصْبِرُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا فَيَمُوتَ إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا أَوْ شَهِيدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا

“Tidaklah seseorang sabar terhadap kesusahannya (Madinah) kemudian dia mati, kecuali aku akan memberikan syafa’at padanya, atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat. Jika dia seorang muslim” [HR Muslim]

Maka dari itu segeralah menunaikan ibadah haji atau umroh jika sudah diberikan kemampuan harta dan jiwa.

Nabi Muhammad Mengerjakan Umroh Sebelum Haji 

Nabi Muhammad Mengerjakan Umroh Sebelum Haji 

Nabi Muhammad Mengerjakan Umroh Sebelum Haji – Nabi Muhammad umroh di sepanjang hayatnya sebanyak empat kali. Peristiwa ini diabadikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin malik.

“Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berumroh empat kali, semuanya dilakukan di bulan Dzulqa’dah kecuali umroh yang dilakukan bersamaan dengan haji; yaitu umroh dari Hudaibiyah atau saat peristiwa Hudaibiyah di bulan Dzulqa’dah, umrah pengganti di tahun selanjutnya bulan Dzulqa’dah, dan umrah dari Ji’ranah bersamaan di antara waktu pembagian Ghanimah (harta rampasan perang) pada perang Hunain di bulan Dzulqa’dah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Tiga kali umrohnya Rasulullah dilakukan sebelum beliau berhaji dan satu kali bersamaan dengan pelaksanaan Haji secara Qiran. Ini sekaligus membantah pernyataan yang menyatakan bahwa tidak diperbolehkan umroh sebelum berhaji. Hadits di atas mengingat Rasulullah dan para sahabat pun melakukannya.

Nabi Muhammad Mengerjakan Umroh Sebelum Haji  – Merujuk  pada kitab Zadul Ma’ad, Ibnu Qayim menerangkan bahwa peristiwa umroh pertama dilakukan oleh Rasulullah pada bulan Dzulqa’dah tahun 6 hijriyah. Saat itu Rasulullah bermimpi dapat memasuki Kota Makkah dalam keadaan rambutnya digundul habis dan sebagian sahabat ada pula yang memendekkannya.

Mimpi ini diabadikan dalam Alquran surat al-Fath ayat ke 27, perjalanan umroh perdana ini belum dapat berjalan sesuai rencana. Rasulullah dihadang pasukan kafir Quraisy di perbatasan Kota Makkah, tepatnya di daerah Hudaibiyah. Beliau bersama ummat Islam harus rela membatalkan niatannya beribadah umroh dengan menyembelih unta.

Di tahun selanjutnya, masih sama di bulan Dzulqa’dah Rasulullah kembali mengulang perjalanan umroh yang sama. Bedanya di perjalanan kali ini Rasulullah dapat menyelesaikan umroh dengan sempurna tanpa hambatan berarti.

Perjalanan umroh ketiga dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabat di tahun ke-8 hijriyah tepatnya setelah beliau selesai memenangkan perang Hunain. Hunain adalah sebuah lembah yang terletak sekitar 40 kilometer sisi Timur Kota Makkah, disana ummat Islam berperang melawan kabilah Hawazin dan Tsaqif dari Kota Thaif.

Peperangan pun dimenangkan ummat Islam. Setelah berperang Rasulullah membagi ghanimah (harta rampasan perang) di Ji’ranah perbatasan Kota Makkah. Di sela waktu pembagian ghanimah ini Rasulullah mengajak ummat Islam untuk mewujudkan rasa syukurnya dengan beribadah umroh.

Pada tahun ke-9 hijriyah Rasulullah kembali melakukan perjalanan ke Kota Makkah, namun yang membedakan perjalanan kali ini dengan sebelumnya adalah Makkah telah dikuasai oleh ummat Islam (telah dilakukan Fathu Makkah pada tahun 8 hijriyah) dan Rasulullah tidak sebatas berniat menjalankan umroh, melainkan beliau menjalankan haji secara Qiran .

Haji Qiran adalah menggabungkan antara pelaksanaan ibadah haji dan umroh secara bersamaan. Walaupun praktik pelaksanaannya mirip dengan Haji Ifrad namun di sini Rasulullah juga mendapatkan pahala umrah. Maka dapat dikatakan ini sebagai perjalanan umrah keempat sekaligus sebagai penutup bagi beliau.

Agen Travel Umroh Surabaya terpercaya dengan pembimbing terbaik, menjadikan perjalanan ibadah Anda lebih bermakna.

Nomor Izin U.491 Tahun 2021

Email
admin@nhumroh.com

Follow Kami :

Lokasi

Head Office :
Perum IKIP Gunung Anyar B48, Surabaya

Copyright © 2024 PT Nur Hamdalah Prima Wisata